Minggu, 12 Januari 2025

KARYA ILMIAH

 PERMADANI PELANGI SEBAGAI MEDIA PENGENALAN WARNA UNTUK ANAK USIA DINI DENGAN GAYA BELAJAR KINESTETIK

 

Lulus Rahni Ayu Wardani Kelompok Bermain Harapan Bunda lulusrahniayuwardani@gmail.com

 

A.  PENDAHULUAN

 

Pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan usia anak. Khususnya pada anak usia dini pembelajaran dilakukan sesuai dengan usia karena pada 1000 hari pertama otak anak berkembang sangat pesat dan peka terhadap stimulasi dari lingkungan sekitarnya. Maria Montessori mengatakan bahwa pada usia tersebut otak anak layaknya spons penyerap, artinya anak-anak menyerap apapun yang ada di lingkungan sekitarnya melalui pengalaman konkret, interaksi sosial juga permainan yang bermakna. Berdasarkan hal tersebut, pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif, emosional, sosial, dan fisik anak agar rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan sosial anak bertumbuh. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan usia dapat menyebabkan anak stres, kehilangan motivasi untuk belajar, bahkan yegangguan perkembangan. Sesuai dengan prinsip kurikulum merdeka, pembelajaran yang diberikan kepada anak usia dini harus memperhatikan minat dan karakteristik pada setiap tahapan usia.

 

Salah satu bentuk pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik anak usia dini adalah kegiatan mengenal warna. Kegiatan ini tidak hanya menarik perhatian anak karena sifatnya yang visual dan penuh warna, tetapi juga memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan mereka. Mengenal warna sejak dini penting karena dapat membantu anak dalam memperluas kosa kata dan perkembangan bahasa, misalnya dengan menyebut nama warna atau mengaitkan warna dengan benda di sekitarnya. Selain itu, aktivitas mengenal warna juga melatih daya ingat dan konsentrasi anak, serta mengembangkan keterampilan pra-matematis seperti kemampuan mengelompokkan, mengurutkan, dan membandingkan objek berdasarkan warna. Pengenalan warna juga memberikan kontribusi dalam perkembangan sosial- emosional anak, karena warna sering kali digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan, mengenali emosi diri maupun orang lain, serta membangun empati. Misalnya, anak dapat belajar bahwa warna merah bisa menggambarkan marah,


atau biru menunjukkan perasaan sedih. Melalui kegiatan yang dikemas secara kreatif seperti permainan warna, eksperimen seni, atau dongeng warna-warni, anak-anak dapat belajar dengan cara yang menyenangkan, aktif, dan sesuai dengan tahap perkembangan mereka.

 

Dalam mengenalkan warna kepada anak usia dini, penting untuk memperhatikan gaya belajar anak agar proses pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. Setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda, seperti gaya visual, auditori, dan kinestetik, yang memengaruhi cara mereka menerima dan mengolah informasi. Anak dengan gaya belajar visual lebih mudah memahami warna melalui media gambar, poster, atau alat peraga yang menampilkan warna-warna cerah dan kontras. Sementara itu, anak dengan gaya belajar auditori akan lebih cepat menangkap informasi jika disampaikan melalui lagu, irama, atau cerita menarik yang melibatkan berbagai warna. Adapun anak dengan gaya belajar kinestetik cenderung memahami warna melalui pengalaman langsung, seperti kegiatan melukis dengan tangan, bermain balok warna, atau permainan yang melibatkan gerakan tubuh. Dengan mengenali gaya belajar masing-masing anak, pendidik dapat merancang kegiatan yang berdiferensiasi dan menyentuh seluruh aspek perkembangan, sehingga semua anak merasa dilibatkan dan memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan serta bermakna. Pendekatan ini juga mendorong tumbuhnya minat belajar, rasa ingin tahu, serta kemampuan berpikir kritis anak sejak usia dini.

 

Berdasarkan pengamatan di Kelompok Bermain Harapan Bunda, anak-anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, dan hal ini sangat memengaruhi cara mereka menyerap informasi. Sejumlah anak menunjukkan kecenderungan memiliki gaya belajar kinestetik, yaitu gaya belajar yang melibatkan aktivitas fisik dan gerakan tubuh secara aktif. Anak-anak dengan gaya ini cenderung tidak bisa duduk diam dalam waktu lama, mudah terdistraksi oleh lingkungan sekitar, dan lebih tertarik pada kegiatan yang memungkinkan mereka bergerak bebas, seperti berlari, melompat, atau memanipulasi objek secara langsung. Guru menyadari bahwa metode konvensional dalam pengenalan warna, seperti menunjukkan gambar, menyebutkan nama warna, atau menyanyikan lagu tentang warna, kurang efektif bagi anak-anak kinestetik. Mereka tampak kurang fokus dan tidak menunjukkan minat belajar yang optimal saat pembelajaran dilakukan secara pasif.


Sebagai respons terhadap fenomena pengenalan warna pada anak dengan kemampuan belajar kinestetik, dibutuhkan pendekatan yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka. Anak-anak dengan gaya belajar kinestetik cenderung memahami konsep melalui pengalaman langsung dan keterlibatan fisik yang aktif, sehingga metode pembelajaran pasif seperti duduk mendengarkan penjelasan atau melihat gambar sering kali kurang efektif. Oleh karena itu, mengenalkan warna melalui aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh dan interaksi langsung dengan lingkungan dapat menjadi solusi yang tepat dan menyenangkan bagi mereka. Dari pemahaman inilah muncul ide inovatif berupa praktik baik menggunakan media pembelajaran Permadani Pelangi yang dirancang khusus untuk memfasilitasi pembelajaran warna melalui aktivitas motorik. Media ini berupa permadani besar berwarna-warni yang dapat digunakan anak untuk melompat, menginjak, atau bergerak mengikuti instruksi tertentu berdasarkan warna. Tidak hanya membantu anak kinestetik memahami warna dengan lebih mudah, tetapi juga mendorong mereka untuk aktif bergerak, bekerja sama dengan teman, serta mengekspresikan diri melalui gerakan. Dengan penggunaan Permadani Pelangi diharapkan kegiatan pengenalan warna menjadi lebih menarik, hidup, dan bermakna, sekaligus menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, interaktif, dan menyenangkan bagi semua anak.

 

B.  ISI

 

1.   SITUASI

 

Kelompok Bermain Harapan Bunda merupakan lembaga pendidikan anak usia dini yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka dalam kegiatan pembelajarannya. Sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka, setiap anak berhak mendapatkan pengalamabelajar yang samayaitu pembelajarayang  berpihapada anak, menyenangkan, relevan, dan bermakna. Namun tantangan muncul ketika guru melakukan pengamatan terhadap gaya belajar anak. Beberapa anak memiliki gaya belajar kinestetik. Anak dengan gaya belajar ini sering dianggap sebagai anak yang tidak bisa diam karena anak ini cenderung menyukai kegiatan fisik.

 

 

Anak dengan gaya belajar kinestetik sering kali mendapat stigma yang kurang positif karena perilakunya yang tampak berbeda dari anak-anak lainnya. Mereka cenderung tidak mau duduk diam dalam waktu lama, lebih suka bergerak, berjalan, atau berlari, bahkan di saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Akibatnya,


anak-anak kinestetik sering dianggap tidak fokus, sulit diatur, atau tidak serius dalam belajar. Tidak jarang, para wali murid juga menyampaikan keluhan kepada guru mengenai perilaku anaknya di rumah yang lebih senang bergerak ke sana kemari daripada duduk tenang saat belajar bersama. Mereka beranggapan bahwa anak tidak mau belajar atau kurang disiplin, tanpa memahami bahwa sesungguhnya anak tersebut sedang menunjukkan gaya belajar alami yang membutuhkan stimulasi fisik dan gerakan untuk menyerap informasi. Kurangnya pemahaman terhadap gaya belajar kinestetik ini bisa menyebabkan kesalahpahaman antara orang tua, guru, dan anak, serta berdampak pada rasa percaya diri anak yang merasa berbedaatau “tidak mampu.

 

 

Oleh karena itu, penting bagi guru dan orang tua untuk menyadari bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang unik, termasuk anak kinestetik yang justru belajar lebih efektif ketika diberi kesempatan untuk bergerak dan berinteraksi langsung dengan lingkungan. Dengan pendekatan yang tepat, anak kinestetik dapat menunjukkan potensi belajarnya secara optimal dalam suasana yang positif dan mendukung.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penting untuk menerapkan praktik baik dalam pembelajaran mengenal warna yang juga memenuhi kebutuhan belajar setiap anak, khususnya anak dengan gaya belajar kinestetik. Praktik baik tersebut berupa media pembelajaran dengan nama Permadani Pelangi. Permadani Pelangi merupakan media karpet lebar yang didesain secara khusus dengan kotak warna- warni. Kotak warna-warni acak ini didesain dengan memperhatikan gerak anak yang memungkinkan anak untuk bergerak dengan aman. Dalam konteks memenuhi kebutuhan belajar kinestetik, Permadani Pelangi dapat digunakan untuk sarana melompat, berlari, ataupun menari. Anak dapat mengkoordinasikan motorik dan kemampuan kognitif dengan media ini. Media Permadani Pelangi dapat dieksplorasi sehingga guru dapat dengan mudah menciptakan ragam aktivitas menarik untuk anak.

 

 

2.   TANTANGAN

 

Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi guru dalam mengenalkan warna kepada anak dengan gaya belajar kinestetik di Kelompok Bermain Harapan Bunda:

a Kurangnya Keterlibatan Anak dalam Pembelajaran Warna


Anak dengan gaya belajar kinestetik cepat bosan melihat kartu warna atau video animasi karena kurang melibatkan aktivitas fisik.

 

 

b.   Kesulitan Mengingat Nama Warna

 

Anak yang tidak duduk lama cenderung tidak memperhatikan saat guru menunjukkawarna  mengalami  kesulitamembedakan  dan menyebutkan warna dengan benar.

 

 

c Keterbatasan Media Pembelajaran yang Interaktif

 

Media yang tersedia masih didominasi bahan cetak, buku, dan alat tulis yang kurang sesuai dengan kebutuhan anak kinestetik.

 

 

d.   Kekhawatiran Guru terhadap Kegiatan Ramai

 

Guru khawatir kelas menjadi terlalu gaduh dan tidak terkendali jika semua anak bergerak bebas saat belajar warna.

 

 

3.   AKSI

 

Sebagai respons terhadap situasi tersebut, guru di Kelompok Bermain Harapan Bunda mengembangkan program pembelajaran warna berbasis gerak aktif dengan media Permadani Pelangi. Media ini memadukan permainan fisik dan gerakan tubuh untuk mengenalkan dan memperkuat konsep warna kepada anak usia dini.

 

Langkah praktik baik dilakukan dalam beberapa tahap:

 

 

a Pemetaan Gaya Belajar Anak

 

Guru mengidentifikasi anak dengan kecenderungan kinestetik melalui observasi kegiatan harian dengan indikator; anak yang lebih sering bergerak, anak yang antusias pada kegiatan fisik, anak yang tidak bisa duduk lama, dan anak yang lebih sering jalan-jalan di kelas sambil menyentuh macam-macam benda. Anak-anak ini kemudian diberi ruang khusus dalam strategi pembelajaran warna, tanpa meninggalkan anak dengan gaya belajar lain.

 

b.   Desain aktivitas fisik dengan media Permadani Pelangi

 

 

Guru merancang beberapa permainan dan aktivitas fisik yang berfokus pada pengenalan warna. Pada saat melakukan permainan, guru memberikan contoh


secara  langsung  kemudian  mengulangi  instruksi  bermain  dengan  bahasa sederhana untuk anak. Berikut beberapa ragam permainan dan prosedurnya:

 

1)  Permainan   Pindah   Bendera Pad permainan   ini   guru   menggelar Permadani Pelangi. Anak diberikan bendera dengan warna di garis start, anak harus memasukkan bendera ke dalam kaleng di garis finish. Saat perjalanan menuju garis finish, anak-anak harus melewati kotak yang memiliki warna sesuai dengan bendera yang mereka pegang.

 

Misalnya, Kiki memegang bendera merah, kiki harus terus berlari di kotak berwarna merah hingga garis finish lalu memasukkan bendera di kaleng dengan tanda warna merah.

 

2)  Lompat Lagu Warna: Permainan ini juga menggunakan media Permadani Pelangi. Anak diajak untuk berdiri diatas kotak berwarna kemudian guru dapat memberi instruksi dengan lagu dan gerakan. Misalnya, Kiki berdiri di kotak dengan warna kuning, guru menyanyikan lagu Hey Kiki, Hey Kiki berpindahlah. Mari melompat ke kotak kuning. Yellow! Yellow!. Anak yang mendengarkan instruksi berpindah tempat dan guru dapat memberikan pertanyaan untuk mendapatkan respon anak sepertiKiki sedang berdiri di kotak apa ya?”.

 

3)  Collecting Stuff: Guru membekali anak dengan mainan beragam warna kemudian anak mendapatkan instruksi untuk meletakkan mainan pada kotak dengan warna sesuai. Selain itu guru juga dapat meletakkan mainan pada kotak dengan warna tidak sesuai dan menginstruksikan kepada anak untuk meletakkan mainan sesuai dengan warna pada kotak.

 

4)  Lari dan Tempel warna: Anak-anak dibekali dengan kertas warna-warni kemudian guru memberikan instruksi untuk menempel kertas tersebut sesuai dengan kotak warna pada Permadani Pelangi. Anak harus berlari ke garis start untuk mengambil lagi kertas yang akan ditempel.

 

c Menyusun jadwal kegiatan

 

 

Kegiatan pengenalan warna dengan Permadani Pelangi dapat dilakukan pada saat kegiatan apersepsi dengan tujuan membangkitkan motivasi, meningkatkan minat belajar, dan mempersiapkan anak untuk menerima materi


baru dengan lebih baik. Kegiatan ini juga dapat dilakukan pada saat aktivitas utama sesuai dengan tema. Guru dapat mengganti objek pada Permadani Pelangi sesuai dengan tema.

 

d.   Penilaian hasil

 

 

Pada tahap ini guru membuat indikator pengamatan untuk memastikan anak mampu mengenal warna dan menyebut warna yang sesuai berdasarkan beberapa permainan yang sudah dilakukan. Berikut adalah beberapa indikator penilian pada setiap permainan;

 

-     Permainan pindah bendera: Anak yang berhasil meletakkan bendera sesuai dengan tempat dan berjalan di kotak dengan warna yang sesuai dianggap mampu untuk membedakan warna.

 

-     Lompat warna: Anak yang berhasil melompat ke kotak warna lain sesuai dengan lagu dan berhasil menjawab pertanyaan guru juga dianggap mampu membedakan konsep warna.

 

-     Collecting stuff: Anak yang berhasil menata mainan sesuai dengan warna pada kotak dianggap mampu membedakan warna dengan keterampilan problem solving.

 

-     Lari dan tempel warna: Anak yang berhasil menempel kertas sesuai dengan warna dan tertib untuk mengambil satu kertas pada setiap berlari dianggap mampu membedakan konsep warna.

 

4.   RESOLUSI

 

Anak-anak terlihat lebih senang belajar mengenal warna dengan media Permadani Pelangi. Permadani dengan konsep warna yang menarik ini dapat memuusatkan perhatian anak dan membuat kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan.  Anak-anatidahanya duduk  diamtetapi  juga  berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Mereka melakukan hal-hal seperti melompat ke warna yang disebutkan, meraba permadani, atau menunjuk warna sesuai instruksi. Anak-anak merasa lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam aktivitas ini karena mereka menganggapnya sebagai bermain sambil belajar.

Gerakan aktif ini membantu anak belajar tidak hanya mengenal nama-nama warna,  tetapi  juga  memahami  lebih  banyak  tentang  warna.  Mereka  belajar


membedakan warna, mengelompokkan benda berdasarkan warnanya, dan mengaitkan warna dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Kegiatan yang melibatkan seluruh tubuh ini juga membantu perkembangan koordinasi gerak dan kemampuan motorik kasar anak.

 

 

C.  PENUTUP

 

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permadani pelangi terbukti efektif dan sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan belajar anak dengan gaya belajar kinestetik. Dengan media ini, mereka dapat melompat, berjalan, atau berlari mengikuti instruksi warna, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sekaligus bermakna. Permadani pelangi tidak hanya menarik perhatian visual anak, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menyalurkan energi mereka secara positif sambil belajar.

 

Selain bermanfaat bagi anak, kegiatan ini juga memberikan manfaat besar bagi orang tua dan guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak kinestetik. Guru dapat lebih mudah mengelola kelas karena anak-anak terlibat aktif, sedangkan orang tua dapat memanfaatkan media ini di rumah untuk melatih anak mengenal warna sambil bergerak. Dengan adanya media seperti permadani pelangi, proses belajar tidak lagi terkesan monoton atau hanya duduk diam, tetapi berubah menjadi aktivitas yang seru dan interaktif, sehingga mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dengan lebih optimal.