PERMADANI PELANGI SEBAGAI MEDIA PENGENALAN WARNA UNTUK ANAK USIA DINI DENGAN GAYA BELAJAR KINESTETIK
Lulus Rahni Ayu Wardani
Kelompok
Bermain Harapan
Bunda lulusrahniayuwardani@gmail.com
A. PENDAHULUAN
Pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan
usia anak. Khususnya pada anak usia dini pembelajaran dilakukan sesuai dengan usia karena pada 1000
hari
pertama otak anak berkembang sangat pesat dan peka terhadap stimulasi dari lingkungan sekitarnya. Maria Montessori mengatakan bahwa pada usia tersebut otak anak layaknya spons
penyerap, artinya anak-anak menyerap
apapun yang ada di lingkungan sekitarnya melalui pengalaman konkret, interaksi sosial juga permainan yang bermakna.
Berdasarkan hal tersebut, pendekatan pembelajaran
harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif, emosional, sosial, dan fisik anak agar rasa ingin tahu,
kemampuan berpikir kritis, dan
keterampilan sosial anak
bertumbuh. Pembelajaran yang
tidak
sesuai dengan usia dapat menyebabkan anak stres, kehilangan
motivasi
untuk belajar, bahkan yegangguan
perkembangan. Sesuai dengan prinsip kurikulum
merdeka, pembelajaran
yang
diberikan
kepada anak usia dini harus memperhatikan minat dan
karakteristik
pada setiap tahapan usia.
Salah satu bentuk pembelajaran yang
menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik anak usia dini adalah kegiatan mengenal warna. Kegiatan ini
tidak hanya menarik
perhatian anak karena sifatnya yang visual dan penuh warna,
tetapi juga memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan
mereka.
Mengenal warna sejak dini
penting
karena dapat membantu
anak
dalam memperluas kosa kata dan
perkembangan
bahasa,
misalnya dengan
menyebut nama warna atau
mengaitkan warna dengan benda
di sekitarnya. Selain itu, aktivitas
mengenal warna juga melatih daya ingat dan
konsentrasi anak, serta mengembangkan keterampilan pra-matematis
seperti
kemampuan mengelompokkan, mengurutkan, dan membandingkan objek berdasarkan
warna. Pengenalan warna
juga memberikan kontribusi dalam perkembangan sosial- emosional anak,
karena warna sering kali digunakan
sebagai alat untuk
mengekspresikan perasaan, mengenali emosi diri maupun orang lain, serta membangun
empati. Misalnya, anak dapat belajar bahwa warna merah bisa menggambarkan marah,
atau biru menunjukkan perasaan sedih. Melalui kegiatan yang dikemas
secara kreatif seperti permainan warna, eksperimen seni, atau dongeng warna-warni, anak-anak dapat
belajar dengan cara yang menyenangkan, aktif, dan sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Dalam mengenalkan warna kepada anak
usia dini, penting untuk memperhatikan gaya belajar anak agar
proses pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. Setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda, seperti gaya visual, auditori, dan kinestetik,
yang
memengaruhi cara mereka menerima dan mengolah informasi. Anak dengan gaya
belajar visual lebih
mudah memahami warna melalui media gambar, poster,
atau
alat
peraga yang menampilkan warna-warna cerah dan kontras. Sementara itu, anak dengan
gaya
belajar auditori akan lebih
cepat menangkap informasi jika disampaikan melalui lagu, irama, atau cerita menarik yang melibatkan berbagai warna. Adapun anak dengan
gaya
belajar kinestetik cenderung memahami warna melalui pengalaman langsung,
seperti kegiatan
melukis dengan tangan,
bermain
balok warna, atau permainan yang
melibatkan
gerakan tubuh. Dengan mengenali gaya belajar masing-masing anak, pendidik
dapat merancang
kegiatan
yang
berdiferensiasi dan
menyentuh
seluruh aspek
perkembangan, sehingga semua anak merasa dilibatkan
dan
memperoleh pengalaman belajar
yang menyenangkan serta bermakna.
Pendekatan ini juga mendorong tumbuhnya minat belajar, rasa ingin tahu, serta kemampuan berpikir kritis anak sejak usia dini.
Berdasarkan pengamatan di Kelompok
Bermain Harapan Bunda, anak-anak
memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, dan hal ini sangat memengaruhi cara mereka
menyerap informasi. Sejumlah anak menunjukkan kecenderungan memiliki gaya belajar
kinestetik, yaitu gaya belajar yang melibatkan aktivitas fisik
dan
gerakan
tubuh
secara aktif. Anak-anak dengan gaya ini cenderung tidak bisa duduk diam dalam waktu
lama, mudah terdistraksi oleh lingkungan sekitar, dan lebih tertarik pada kegiatan yang memungkinkan mereka bergerak bebas,
seperti berlari,
melompat,
atau
memanipulasi objek secara langsung. Guru menyadari bahwa metode konvensional dalam pengenalan warna, seperti menunjukkan gambar, menyebutkan nama warna,
atau menyanyikan
lagu tentang warna, kurang
efektif
bagi anak-anak
kinestetik. Mereka tampak kurang
fokus dan tidak menunjukkan minat belajar yang optimal saat pembelajaran dilakukan
secara pasif.
Sebagai respons terhadap fenomena pengenalan warna pada anak dengan kemampuan
belajar kinestetik,
dibutuhkan
pendekatan yang
lebih sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka. Anak-anak dengan gaya belajar kinestetik
cenderung memahami konsep melalui pengalaman langsung dan keterlibatan fisik yang aktif, sehingga metode pembelajaran pasif seperti duduk mendengarkan penjelasan atau
melihat gambar sering kali kurang efektif. Oleh karena itu, mengenalkan warna melalui
aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh dan interaksi langsung dengan
lingkungan dapat menjadi solusi yang tepat dan menyenangkan bagi mereka. Dari
pemahaman inilah muncul ide inovatif berupa praktik baik menggunakan media
pembelajaran “Permadani Pelangi” yang dirancang khusus
untuk memfasilitasi pembelajaran warna melalui aktivitas motorik. Media ini berupa permadani besar berwarna-warni yang dapat digunakan anak untuk melompat, menginjak, atau bergerak
mengikuti instruksi tertentu berdasarkan warna. Tidak hanya membantu anak kinestetik memahami warna dengan lebih mudah, tetapi juga mendorong mereka untuk
aktif bergerak, bekerja sama dengan teman,
serta mengekspresikan diri melalui gerakan. Dengan penggunaan Permadani Pelangi diharapkan
kegiatan pengenalan warna
menjadi lebih menarik, hidup, dan bermakna, sekaligus menciptakan lingkungan belajar
yang inklusif,
interaktif,
dan
menyenangkan bagi semua anak.
B. ISI
1.
SITUASI
Kelompok Bermain Harapan Bunda
merupakan
lembaga pendidikan anak
usia
dini
yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka dalam kegiatan pembelajarannya. Sesuai dengan
prinsip Kurikulum Merdeka, setiap anak berhak mendapatkan
pengalaman belajar yang sama, yaitu pembelajaran yang
berpihak pada anak, menyenangkan,
relevan, dan bermakna. Namun
tantangan
muncul ketika guru melakukan pengamatan terhadap gaya belajar anak. Beberapa anak
memiliki gaya
belajar kinestetik. Anak dengan gaya belajar ini sering dianggap sebagai anak yang tidak bisa diam karena anak ini cenderung menyukai kegiatan
fisik.
Anak dengan gaya belajar kinestetik
sering
kali
mendapat stigma yang kurang
positif
karena perilakunya yang tampak
berbeda dari anak-anak lainnya.
Mereka cenderung tidak mau duduk diam dalam waktu lama, lebih suka bergerak, berjalan, atau
berlari,
bahkan
di saat kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung. Akibatnya,
anak-anak
kinestetik sering dianggap
tidak fokus, sulit diatur,
atau tidak serius
dalam belajar.
Tidak jarang, para wali murid juga menyampaikan keluhan kepada
guru mengenai perilaku anaknya di rumah yang
lebih
senang bergerak ke sana
kemari daripada duduk tenang saat belajar bersama.
Mereka beranggapan
bahwa
anak tidak mau belajar atau kurang disiplin, tanpa memahami bahwa sesungguhnya anak tersebut sedang menunjukkan gaya belajar alami yang membutuhkan stimulasi
fisik dan gerakan untuk menyerap informasi. Kurangnya pemahaman terhadap gaya
belajar kinestetik ini bisa menyebabkan kesalahpahaman antara orang tua, guru, dan
anak, serta berdampak pada rasa percaya diri anak yang merasa “berbeda”
atau “tidak mampu.”
Oleh karena itu, penting bagi guru dan orang tua untuk menyadari bahwa setiap
anak memiliki cara belajar yang unik,
termasuk anak kinestetik
yang justru belajar
lebih
efektif
ketika diberi kesempatan untuk bergerak dan berinteraksi langsung dengan lingkungan.
Dengan pendekatan yang
tepat, anak
kinestetik dapat
menunjukkan potensi belajarnya secara optimal dalam suasana yang positif dan
mendukung.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penting untuk menerapkan praktik baik dalam pembelajaran mengenal warna
yang
juga memenuhi kebutuhan belajar
setiap
anak, khususnya anak dengan gaya belajar kinestetik. Praktik baik tersebut
berupa media pembelajaran dengan nama
Permadani Pelangi. Permadani Pelangi
merupakan media karpet lebar yang
didesain secara khusus dengan kotak
warna- warni.
Kotak
warna-warni acak
ini
didesain dengan memperhatikan gerak anak yang memungkinkan anak untuk bergerak dengan aman. Dalam konteks memenuhi
kebutuhan belajar kinestetik, Permadani Pelangi dapat digunakan untuk sarana
melompat, berlari, ataupun menari. Anak dapat mengkoordinasikan motorik dan
kemampuan kognitif dengan media ini. Media Permadani Pelangi dapat
dieksplorasi sehingga guru dapat dengan mudah menciptakan ragam aktivitas
menarik untuk anak.
2.
TANTANGAN
Berikut adalah beberapa tantangan
yang
dihadapi guru dalam mengenalkan
warna
kepada anak dengan gaya belajar kinestetik di Kelompok Bermain Harapan Bunda:
a. Kurangnya Keterlibatan Anak
dalam Pembelajaran Warna
Anak dengan gaya belajar kinestetik cepat bosan melihat kartu warna atau video animasi karena kurang
melibatkan
aktivitas fisik.
b. Kesulitan
Mengingat Nama Warna
Anak yang
tidak
duduk lama cenderung tidak
memperhatikan saat guru
menunjukkan warna
mengalami
kesulitan membedakan dan menyebutkan warna dengan
benar.
c. Keterbatasan Media Pembelajaran
yang Interaktif
Media yang tersedia masih
didominasi bahan
cetak, buku, dan alat tulis yang
kurang sesuai dengan
kebutuhan
anak kinestetik.
d. Kekhawatiran
Guru terhadap Kegiatan
Ramai
Guru khawatir
kelas menjadi terlalu gaduh dan
tidak
terkendali jika
semua anak
bergerak
bebas saat belajar warna.
3.
AKSI
Sebagai respons
terhadap situasi tersebut, guru di Kelompok Bermain Harapan
Bunda mengembangkan program pembelajaran warna berbasis gerak
aktif dengan media “Permadani Pelangi”. Media ini memadukan permainan fisik dan gerakan
tubuh untuk mengenalkan dan
memperkuat konsep
warna kepada anak usia dini.
Langkah praktik baik dilakukan dalam beberapa tahap:
a. Pemetaan
Gaya Belajar Anak
Guru
mengidentifikasi anak dengan kecenderungan
kinestetik melalui observasi kegiatan harian dengan indikator; anak yang
lebih sering bergerak, anak yang antusias pada kegiatan fisik, anak yang tidak bisa duduk lama, dan
anak yang
lebih sering jalan-jalan di kelas sambil menyentuh macam-macam benda. Anak-anak ini kemudian diberi ruang khusus dalam strategi
pembelajaran
warna, tanpa meninggalkan anak
dengan
gaya belajar lain.
b. Desain
aktivitas fisik
dengan media Permadani Pelangi
Guru merancang
beberapa permainan
dan aktivitas fisik yang
berfokus pada pengenalan warna. Pada saat melakukan permainan, guru memberikan contoh
secara langsung kemudian mengulangi instruksi bermain
dengan
bahasa
sederhana untuk anak. Berikut beberapa ragam permainan dan prosedurnya:
1) Permainan Pindah Bendera: Pada permainan ini guru menggelar
Permadani Pelangi.
Anak diberikan bendera dengan warna di garis start,
anak harus memasukkan bendera ke dalam kaleng di garis finish. Saat
perjalanan menuju garis finish, anak-anak harus
melewati kotak yang memiliki warna sesuai dengan bendera yang
mereka pegang.
Misalnya, Kiki memegang bendera merah, kiki harus terus berlari di kotak
berwarna merah hingga garis finish lalu
memasukkan bendera di kaleng
dengan
tanda warna merah.
2) Lompat Lagu Warna: Permainan ini juga menggunakan media Permadani
Pelangi. Anak diajak untuk berdiri diatas kotak berwarna kemudian guru
dapat memberi instruksi dengan lagu
dan
gerakan. Misalnya, Kiki berdiri di kotak dengan warna kuning, guru menyanyikan lagu “Hey Kiki, Hey
Kiki berpindahlah. Mari melompat ke kotak kuning. Yellow! Yellow!”. Anak yang
mendengarkan instruksi berpindah tempat dan
guru dapat memberikan
pertanyaan untuk
mendapatkan
respon
anak
seperti “Kiki sedang
berdiri di kotak apa ya?”.
3) Collecting Stuff: Guru membekali anak dengan mainan beragam warna
kemudian anak mendapatkan instruksi untuk meletakkan mainan pada kotak
dengan
warna sesuai.
Selain itu
guru juga dapat meletakkan mainan
pada
kotak dengan warna tidak sesuai dan menginstruksikan kepada anak untuk
meletakkan mainan sesuai dengan warna pada kotak.
4) Lari dan Tempel warna:
Anak-anak dibekali dengan kertas warna-warni
kemudian guru memberikan instruksi untuk menempel kertas tersebut
sesuai dengan kotak warna pada Permadani Pelangi. Anak harus berlari ke garis start untuk mengambil lagi kertas yang akan ditempel.
c. Menyusun
jadwal kegiatan
Kegiatan pengenalan warna dengan Permadani Pelangi dapat dilakukan pada saat kegiatan apersepsi dengan tujuan membangkitkan motivasi, meningkatkan
minat belajar, dan mempersiapkan
anak untuk
menerima materi
baru dengan lebih baik. Kegiatan ini juga dapat dilakukan pada saat aktivitas
utama sesuai dengan
tema.
Guru dapat mengganti objek
pada
Permadani
Pelangi sesuai dengan tema.
d. Penilaian
hasil
Pada
tahap ini guru membuat indikator pengamatan
untuk memastikan
anak
mampu mengenal warna dan menyebut warna yang
sesuai berdasarkan
beberapa permainan yang sudah dilakukan. Berikut
adalah beberapa indikator penilian pada setiap
permainan;
- Permainan pindah bendera: Anak yang berhasil meletakkan bendera sesuai
dengan tempat dan berjalan
di kotak dengan warna yang sesuai dianggap
mampu untuk membedakan warna.
- Lompat warna: Anak yang berhasil melompat ke kotak warna lain sesuai dengan lagu
dan
berhasil menjawab pertanyaan
guru juga dianggap
mampu membedakan
konsep warna.
- Collecting stuff:
Anak yang berhasil menata mainan sesuai dengan warna
pada
kotak dianggap mampu
membedakan
warna dengan keterampilan problem solving.
- Lari dan tempel warna: Anak yang berhasil menempel kertas sesuai dengan warna dan tertib untuk mengambil satu kertas pada setiap berlari dianggap
mampu membedakan
konsep warna.
4.
RESOLUSI
Anak-anak terlihat lebih senang
belajar
mengenal warna dengan
media
Permadani Pelangi. Permadani dengan konsep warna yang menarik ini dapat
memuusatkan perhatian anak dan membuat kegiatan belajar menjadi
lebih
menyenangkan. Anak-anak tidak hanya duduk diam, tetapi
juga berpartisipasi
dalam kegiatan belajar. Mereka melakukan hal-hal seperti melompat ke warna yang disebutkan,
meraba permadani, atau
menunjuk warna sesuai instruksi. Anak-anak
merasa lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam aktivitas ini karena mereka
menganggapnya sebagai bermain
sambil belajar.
Gerakan aktif ini membantu anak belajar tidak hanya mengenal nama-nama
warna, tetapi
juga memahami lebih
banyak tentang
warna. Mereka
belajar
membedakan warna, mengelompokkan
benda berdasarkan warnanya, dan
mengaitkan warna dengan benda-benda
yang
ada di sekitarnya. Kegiatan yang
melibatkan
seluruh tubuh
ini
juga membantu perkembangan koordinasi gerak dan kemampuan
motorik
kasar anak.
C. PENUTUP
Kegiatan pembelajaran
dengan
menggunakan permadani pelangi terbukti
efektif dan sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan belajar anak dengan gaya belajar
kinestetik.
Dengan media ini, mereka dapat melompat,
berjalan, atau berlari mengikuti instruksi warna, sehingga pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan sekaligus
bermakna. Permadani pelangi tidak hanya menarik perhatian visual anak, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menyalurkan energi mereka secara positif sambil
belajar.
Selain bermanfaat bagi anak, kegiatan ini juga memberikan manfaat besar
bagi
orang tua dan guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak kinestetik. Guru dapat lebih mudah mengelola kelas karena anak-anak terlibat
aktif, sedangkan orang tua dapat memanfaatkan media ini di rumah untuk melatih anak mengenal warna sambil bergerak.
Dengan adanya media seperti permadani pelangi, proses belajar tidak lagi terkesan monoton atau hanya duduk diam, tetapi berubah
menjadi aktivitas
yang
seru dan interaktif, sehingga mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran dengan
lebih optimal.